Sindrom Asperger | |
---|---|
Penyandang Sindrom Asperger seringkali menunjukkan minat yang mendalam terhadap sesuatu, seperti anak ini yang menyukai struktur molekuler.
|
Sindrom Asperger (bahasa Inggris: Asperger syndrome, Asperger's syndrome, Asperger's disorder, Asperger's atau AS) adalah salah satu gejala autisme di mana para penderitanya memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya, sehingga kurang begitu diterima. Sindrom ini ditemukan oleh Hans Asperger, seorang dokter anak asal Austria pada tahun 1944, meskipun baru diteliti dan diakui secara luas oleh para ahli pada dekade 1980-an. Pada tahun 1994, American Psychiatric Association (Asosiasi Psikiater Amerika) menambahkan sindrom Asperger dalam buku referensi diagnostik mereka yang berjudul “Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders”.
Sindrom Asperger dibedakan dengan gejala autisme lainnya dilihat dari kemampuan linguistik dan kognitif para penderitanya yang relatif tidak mengalami penurunan, bahkan dengan IQ yang relatif tinggi atau rata-rata (ini berarti sebagian besar penderita sindrom Asperger bisa hidup secara mandiri, tidak seperti autisme lainnya). Sindrom Asperger juga bukanlah sebuah penyakit mental.
Sindrom Asperger dibedakan dengan gejala autisme lainnya dilihat dari kemampuan linguistik dan kognitif para penderitanya yang relatif tidak mengalami penurunan, bahkan dengan IQ yang relatif tinggi atau rata-rata (ini berarti sebagian besar penderita sindrom Asperger bisa hidup secara mandiri, tidak seperti autisme lainnya). Sindrom Asperger juga bukanlah sebuah penyakit mental.
Ketika orang berbicara, umumnya mereka menggunakan bahasa tubuh seperti senyuman dan komunikasi nonverbal lainnya, dan juga kata-kata yang dikeluarkan oleh mereka cenderung memiliki lebih dari satu buah makna. Seorang penderita sindrom Asperger umumnya tidak memiliki kesulitan dalam perkembangan bahasa/linguistik, namun mereka cenderung memiliki kesulitan untuk memahami bentuk-bentuk komunikasi non-verbal serta kata-kata yang memiliki banyak arti seperti itu, dan mereka hanya memahami apa arti kata tersebut, seperti yang ia pahami di dalam kamus. Namun, kebanyakan penderita memiliki perbendaharaan kata dan wawasan yang melebihi anak-anak seusianya dan kerap dijuluki "profesor kecil". Para penderita sindrom Asperger sering kesulitan memahami ironi, sarkasme, dan penggunaan bahasa slang, apalagi memahami mimik muka/ekspresi orang lain, dan cenderung berbahasa dengan gaya formal. Mereka juga tergolong sulit bersosialisasi dengan orang lain dan cenderung menjadi pemalu, tergantung tingkat keparahan penyakit atau perkembangan si penderita sendiri. Penderita sindrom ini kerap menjadi sasaran bullying, terutama pada usia anak dan remaja. Penemu sindrom ini juga menunjukkan gejala serupa ketika masa kanak-kanaknya.
Para dokter melihat sindrom Asperger sebagai sebuah bentuk autisme. Seringnya, disebut sebagai "autisme yang memiliki banyak fungsi/high-functioning autism". Hal ini berarti setiap penderita sindrom Asperger terlihat seperti halnya bukan seorang autis, tetapi ketika dilihat, otak mereka bekerja secara berbeda dari orang lain. Para dokter juga sering mengambil kesimpulan yang salah mengenai sindrom Asperger setelah mendiagnosis penderitanya, dan memvonisnya sebagai pengidap skizofrenia, ADHD, sindrom Tourette atau kelainan mental lainnya.
Bagian otak yang memiliki kaitan untuk melakukan hubungan sosial dengan orang lain juga sebenarnya mengontrol bagaimana tubuh bergerak dan juga keseimbangan tubuh. Karena itu, seorang penderita sindrom Asperger terkadang mengalami masalah yang melibatkan pergerakan tubuh, seperti halnya olah raga, atau bahkan jalan kaki, yang kadang-kadang sering terpeleset, tergantung tingkat keparahannya. Mereka juga memiliki kebiasaan grogi/nervous.
Para penderita sindrom Asperger memiliki kecenderungan lebih baik dibandingkan orang-orang lain dalam beberapa hal seperti tulisan dan literatur, pengetahuan umum, ilmu alam serta pemrograman komputer. Banyak penderita sindrom Asperger memiliki cara penulisan yang lebih baik dibandingkan dengan cara mereka berbicara dengan orang lain. Mereka juga memiliki sebuah minat yang khusus yang mereka tekuni dan bahkan mereka menekuninya sangat detail, serta mereka justru menemukan hal-hal kecil yang orang lain sering dilewatkan atau diremehkan.
Penyebab-penyebabnya
Hans Asperger menguraikan gejala-gejala umum di antara keluarga pasien, terutama ayahnya, dan riset mendukung obsevasi dan kemungkinan besar adanya kontribusi genetik pada Sindrom Asperger (SA). Meskipun hingga saat ini belum ditemukan genetik tertentu yang dapat diidentifikasi, banyak faktor diyakini memainkan peran seolah-olah autis, memberikan unjukan phenotype yang bervariasi pada anak-anak dengan SA.McPartland J, Klin A (2006). "Asperger's syndrome". Adolesc Med Clin 17 (3): 771–88. PMID 17030291. doi:10.1016/j.admecli.2006.06.010.
Bukti adanya hubungan genetik dari SA pada keluarga menunjukkan perilaku yang lebih banyak pada keluarga yang mirip dengan SA, tetapi dalam bentuk yang lebih sedikit (sebagai contoh, sedikit mengalami kesulitan dalam interaksi sosial, bahasa, atau membaca). Kebanyakan riset menyatakan bahwa SA bergantung pada keturunan, tetapi SA mungkin memiliki komponen yang lebih kuat daripada autis. Kemungkinan adanya kelompok umum dari faktor genetik alela yang membuat seseorang lebih riskan terhadap berkembangnya SA; jika hal ini benar, kombinasi alela tertentu akan menentukan tingkat berat dan gejala-gejala untuk tiap individu dengan SA.
Sedikit dari kasus SA dihubungkan dengan terpaparnya janin hingga berusia 8 minggu oleh teratogens (zat yang menyebabkan kecacatan lahir). Meskipun hal ini tidak boleh mengesampingkan bahwa SA dapat terjadi sesudahnya, tetapi bukti yang kuat menunjukkan bahwa SA terjadi pada saat yang sangat dini pada pertumbuhan janin. Banyak faktor-faktor lingkungan dijadikan hipotesa setelah kelahiran bayi, tetapi semua ini belum terbukti secara ilmiah.
Bukti adanya hubungan genetik dari SA pada keluarga menunjukkan perilaku yang lebih banyak pada keluarga yang mirip dengan SA, tetapi dalam bentuk yang lebih sedikit (sebagai contoh, sedikit mengalami kesulitan dalam interaksi sosial, bahasa, atau membaca). Kebanyakan riset menyatakan bahwa SA bergantung pada keturunan, tetapi SA mungkin memiliki komponen yang lebih kuat daripada autis. Kemungkinan adanya kelompok umum dari faktor genetik alela yang membuat seseorang lebih riskan terhadap berkembangnya SA; jika hal ini benar, kombinasi alela tertentu akan menentukan tingkat berat dan gejala-gejala untuk tiap individu dengan SA.
Sedikit dari kasus SA dihubungkan dengan terpaparnya janin hingga berusia 8 minggu oleh teratogens (zat yang menyebabkan kecacatan lahir). Meskipun hal ini tidak boleh mengesampingkan bahwa SA dapat terjadi sesudahnya, tetapi bukti yang kuat menunjukkan bahwa SA terjadi pada saat yang sangat dini pada pertumbuhan janin. Banyak faktor-faktor lingkungan dijadikan hipotesa setelah kelahiran bayi, tetapi semua ini belum terbukti secara ilmiah.
Diagnosis awal
Orangtua dari anak-anak dengan SA dapat menelusuri perbedaan-perbedaan perkembangan anak-anaknya sejak usia 30 bulan, meskipun diagnosis baru ditegakkan pada usia rata-rata 11 tahun. Didefinisikan, bahwa anak-anak dengan SA yang perkembangan bahasa dan kemampuan menolong dirinya sendiri sesuai dengan jadwal (normal), maka gejala-gejala awalnya tak akan muncul (kabur) dan kondisi ini mungkin tidak akan terdiagnosa hingga usia akhir anak-anak atau bahkan lebih tua. Ketidakmampuan dalam interaksi sosial kadang-kadang bukan bukti hingga sang anak mencapai usia di mana sifat-sifat ini menjadi penting; ketidakmampuan bersosialisasi seringkali menjadi pertanda awal, ketika anak-anak berjumpa dengan teman-temannya di daycare atau preschool. Diagnosa umumnya terjadi pada usia 4 hingga 11 tahun, dan sebuah studi menganjurkan agar diagnosa tidak dilakukan sebelum usia 4 tahun.
Gejala Utama Sindrom Asperger
Pasien yang didiagnosis dengan sindrom Asperger menunjukan berbagai gejala yang berbeda-beda. Semua gejala terkait dengan dua ciri perilaku utama dari kondisi ini, yaitu: a) terpaku pada satu ketertarikan tertentu dan tingkah laku yang berulang-ulang, dan b) kesulitan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi.
Beberapa gejala yang paling umum adalah :
- Kesulitan berbicara, seperti kurangnya ritme, nada suara aneh, dan nada yang datar
- Berbicara menggunakan bahasa formal, Bahasa yang terlalu tinggi untuk usia mereka
- Kurang berempati
- Perkembangan motorik yang lambat
- Sensitivitasnya tergolong tinggi
- Tidak dapat mengatur suara terhadap lingkungannya
- Terpaku pada ketertarikan tertentu
- Tidak dapat bersosialisasi atau bercakap-cakap, selain pada ketertarikan mereka
- Kecemasan dan depresi
- Bicara yang berulang-ulang
- Sebagian besar akan berbicara tentang diri mereka sendiri, bukan orang lain
- Bertingkah dan berperilaku aneh
- Sulit untuk bertatap mata
- Tidak dapat memahami isu-isu sosial dan emosional
- Memiliki ritual yang tidak biasa
- Memiliki kecenderungan untuk menjadi sangat terampil dan berbakat di bidang tertentu seperti seni
Gejala-gejala setiap pasien terkadang berbeda-beda. Sebagian pasien hanya menunjukan gejala ringan, sedangkan sebagian lainnya mengalami gejala yang parah.
Terapi / Penganganan Sindrom Asperger
Banyak kasus sindrom Asperger tidak terdiagnosis sampai dewasa, dan hanya ketika mereka berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater untuk mencari bantuan menangani kegelisahan atau depresinya. Sayangnya, tidak ada obat dikenal untuk kondisi tersebut. Namun, ada kemungkinan untuk meningkatkan keterampilan sosial pasien dan mengurangi setiap perilaku yang tidak diinginkan.
Jika pengobatan yang digunakan dalam pilihan pengobatan tertentu, sebagian besar pengobatan tersebut untuk mengobati kecemasan, depresi, perilaku obsesif-kompulsif, atau hiperaktif.
Pengobatan untuk sindrom Asperger sebagian besar terdiri dari kombinasi beberapa jenis terapi, yang tergantung pada gejala yang ditunjukan oleh pasien. Beberapa pengobatan yang paling umum digunakan adalah:
- Terapi bicara, fisik, atau terapi okupasi - terapi ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan fungsional pasien.
- Terapi keterampilan sosial - terapi ini fokus pada pengembangan kemampuan pasien untuk bersosialisasi dengan orang lain dan memahami berbagai bentuk komunikasi non-verbal.
- Terapi Perilaku – terapi ini dilakukan untuk mengatasi perilaku yang tidak diinginkan dan mengubahnya menjadi perilaku positif.
- Pendidikan Khusus - pasien dengan Sindrom Asperger biasanya tidak dapat mengikuti pendidikan normal. Dengan demikian, pendidikan khusus sering disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan khusus pendidikan mereka.
Sementara pengobatan biasanya dilakukan di bawah bimbingan seorang psikolog, psikiater, atau konselor terlatih, pengobatan juga dapat dilakukan di dalam rumah, terutama bagi anak-anak yang telah didiagnosis dengan kondisi ASD.
Namun, sebelum orang tua atau pengasuhnya berusaha untuk memberikan perawatan di rumah, mereka harus terlebih dahulu dibekali pengetahuan tentang sindrom Asperger. Dengan benar-benar memahami kondisi ASD, sehingga mereka akan tahu apa yang diharapkan dan bagaimana menangani situasi yang tak diinginkan.
Perawatan di rumah memerlukan lingkungan yang mendukung dan penuh kasih sayang. Orang tua akan membutuhkan banyak kesabaran dan pengertian. Mereka juga perlu mengenali kelebihan dan kekurangan anak, dan kelebihan dan kekurangan mereka sendiri juga.
Beberapa teknik yang paling umum digunakan dalam perawatan di rumah adalah:
- Mengatur rutinitas - anak dengan Sindrom Asperger memanfaatkan rutinitas
- Memberikan petunjuk verbal yang juga didukung petunjuk visual
- Ketika mengajar anak untuk fokus pada topik tertentu, penting untuk diingat bahwa anak dapat dengan mudah terganggu oleh suara disekitar. Dengan demikian, merupakan salah satu hal terpenting untuk menghilangkan kebisingan disekitar, tidak peduli seberapa lembut suaranya.
- Anak-anak dengan sindrom Asperger dapat berkembang dengan terpaku pada televisi dan video game. Maka dari itu, akan lebih baik jika tidak menempatkan TV atau komputer di dalam kamar tidur anak.
- Anak-anak dengan kondisi juga dipengaruhi oleh stres. Hal ini penting untuk mengidentifikasi pemicu dan menghindari stres. Hal ini juga penting bahwa anak belajar bagaimana menghadapi situasi baru atau perubahan.
Mungkin ada teknik berbeda yang digunakan dalam pengobatan sindrom Asperger, tetapi tidak ada teknik atau program pengobatan memiliki hasil yang sama pada setiap kasus. Beberapa anak atau orang dewasa akan merespon dengan baik pada salah satu bentuk pengobatan, sementara yang lain mungkin tidak merespon pengobatan dengan baik. Sangat penting untuk mengenali jenis pengobatan yang memberikan hasil yang lebih baik bagi pasien, dan untuk memfokuskan pada pengobatan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar